Monday, May 4, 2015

Krisis Apakah ?

STRATEGI 'COST +' BAGI PERUSAHAAN YG DI ZONA ORANYE

Pertama: apakah kita sedang krisis seperti 1998? Jawabannya: Tidak, dan hampir tidak mungkin karena fundamentalnya tidak sama dgn 1998 maupun 2008. Kondisi saat ini sangat jauh lebih kuat dibandingkan th 98 maupun 2008. Kalangan swasta juga lebih 'prudent' dalam mengelola hutang dan ambisi ekspansinya, shg tdk banyak yg akan terperosok spt th 1998 maupun 2008 yg lalu. Namun demikian, kita harus sensitif dalam membaca dan merespons kondisi ekonomi yg dicerminkan pada beberapa indikatornya yg mengalami penurunan, bahkan telah menghadirkan "kesulitan" bagi sektor2 tertentu.

Kedua: Tips mengelolala perusahaan di masa sulit:
Fakta menunjukkan, dalam kondisi apapun pasti ada industri dan perusahaan yg muncul sebagai jawara dan ada yg menderita. Ini bukan teori 'zero sum game' tapi konsep 'seasonal'. Musim selalu silih berganti. Bahkan di musim yang sama, ada perusahaan yang makin mengkilap dan ada yang semakin buram, bergantung pada kecakapan manajerial masing masing. Industri dan perusahaan dapat dipetakan berdasarkan tingkat pertumbuhannya menjadi sbb: Pertumbuhannya sudah negatif 1 digit (<10%) dikategorikan sudah memasuki LAMPU KUNING (Hati Hati); Jika penurunannya mencapai dua digit (10-35%) tandanya sudah LAMPU ORANYE (Siaga dan Waspada); sedangkan yg penurunannya mencapai >35% ini sudah di LAMPU MERAH (Bahaya). 
Kalau industri dan perusahaan masih positip pertumbuhannya, artinya berada di LAMPU HIJAU, strategi yg hrs dijalankan adalah strategi OFFENSIF, agar bisa memanfaatkan momentum yg ada. Sebaliknya, yg industri dan perusahaannya masuk jalur hati2, waspada dan bahaya maka harus menerapkan strategi DEFENSIF agar bisa 'survive' dan akhirnya 'succeed', ini yg kemudian disebut sebagai strategi 'COST PLUS' :


A. Pertama, Cash Flow (CF) harus dijaga dengan ketat. Darah perusahaan adalah 'cash flow'. Yg biasanya hanya dilakukan monitor CF secara bulanan, sekarang hrs berganti menjadi secara mingguan atau harian bergantung situasi dan kondisi masing2. 
Jangan terpana dengan 'sales' yg tinggi yg akhirnya hanya jadi piutang yg sulit tertagih. Mendongkrak 'sales' dg diskon tinggi kalau pasar tdk mampu menyerap hanya akan membuat sumbatan di 'pipeline'. Ini akan berakibat pada piutang yg tak tertagih (kalau di bank akan terjadi over financing dan NPL). Jangan melawan arus yg sedang tdk memihak. Jangan mengabaikan 'brutal facts' dgn menciptakan 'pseudo sales', semu yg hanya untuk memperbaiki angka akuntansi triwulanan. 
Bentuk team penagih yg kuat 
dengan insentif yg menarik agar 'collector' semakin rajin untuk menjadikan piutang menjadi kas. Amati persediaan yang ada dan segera buat program yg masih diterima pasar agar persediaan tidak menumpuk. Kurangi 'capex' yg tidak perlu atau ditunda.


B. Kedua: operating Expenses harus ditekan seefisien mungkin. Sdh tidak perlu bergaya lagi, renovasi kantor dan pembaruan mobil yg tidak 'urgent' sebaiknya ditunda. 'Entertainment dan trip' dg pelanggan yg tidak mendesak, sebaiknya dibatalkan. Semua pihak harus siap mengurangi dengan cara revolusioner agar opex to sales semakin efisien.
Bahkan kalau perlu, proyek yg sdh 'under water' segera dihentikan, agar 'bleeding' tdk melebar. Namun satu hal yg penting adalah: karyawan tidak boleh dijadikan obyek efisiensi yg pertama. Efisiensi yg menyangkut pengurangan kesejahteraan karyawan harus menjadi pilihan yg terakhir setelah semua kondisi dilakukan.


C. Ketiga: system redefinition. Artinya jangan kompromi dgn kenyamanan berandai andai lagi. Hiduplah dengan fakta. Seluruh bisnis model dan proses hrs didesain ulang. Bagaimana hidup dgn harga minyak $60 atau Coal $60, atau fakta ekuilibrium baru yg terjadi di 6 bulan terakhir seperti marjin keuntungan yg mengecil.
Kalau tdk diubah, artinya masih berfatamorgana, bahwa situasi akan kembali seperti semula lagi misalnya minyak seharga $120 dan Coal $100, maka perusahaan anda akan terlibas habis krn konstruksi 'business model'nya yg sudah tidak pas dengan ekuilibrium baru. 
Ini memerlukan keputusan yg tegas, bahwa edisi baru sedang terbit dan semua harus digiring ke arah perubahan tersebut. Sakit memang, sulit memang, tidak enak memang, tapi itu satu satunya cara agar 'survive'.


D. Keempat, team work yg semakin solid antara top mgmt dg karyawan, pengusaha dg buruh, agar kondisi sulit ini bukan dijadikan arena untuk saling menyalahkan tapi bersatu padu untuk mengencangkan ikat pinggang bersama. Kesatuan hati dan visi, membuat problema jadi pemantik kerjasama. 
Itu yg disebut sebagai rumus 4 SEHAT, kalau mau SEMPURNA tambahkan konsep yang + PLUS artinya ORAET LABORA. Kerja apapun tanpa berkat Tuhan akan sia sia. Ajaklah semua orang mendukung dgn doa agar upaya ini dikarunia berkatNya. (Ada yg mengatakan diposting oleh dirut BRI) 






No comments:

Post a Comment