Sunday, April 24, 2016

Taufik Ismail ttg Komunis

PUISI ANTI KOMUNIS TAUFIK ISMAIL: http://www.nbcindonesia.com/2016/04/dianggap-provokator-taufik-ismail.html

Rabu 20 April 2016 lalu, penyair nasional Taufik Ismail mengumandangkan puisinya di Seminar-Symposium di Hotel Aryaduta Jakarta tentang PKI, dan di luar dugaan pesertanya, beliau menyerang Komunisme, kekejaman pembantaian-pemberontakan oleh PKI ... DAN langsung diteriaki peserta! ... Dan diusir! ... Hanya di rezim Jokowi ini, Komunis dibiarkan bersuara, sementara sesuai Tap MPR RI, Komunis dilarang ... Dan RI dibawa semakin mesra dengan negara Komunis RRC.

Ini dia PUISINYA:

Dua orang cucuku, bertanya tentang angka-angka

Datuk-datuk, aku mau bertanya tentang angka-angka

Kata Aidan, cucuku laki-laki

Aku juga, aku juga, kata Rania cucuku yang perempuan

Aku juga mau bertanya tentang angka-angka

Rupanya mereka pernah membaca bukuku tentang angka-angka dan ini agak mengherankan
Karena mestinya mereka bertanya tentang puisi

Tetapi baiklah,
rupanya mereka di sekolahnya di SMA ada tugas menulis makalah

Mengenai puisi, dia sudah banyak bertanya ini itu, sering berdiskusi

Sekarang Aidan dan Rania datang dengan ide mereka menulis makalah tentang angka-angka

Begini datuk,
katanya ada partai di dunia itu membantai 120 juta orang, selama 74 tahun di 75 negara

Kemudian kata Aida dan Rania, ya..ya..120 juta orang yang dibantai

Setiap hari mereka membantai 4500 orang selama 74 tahun di 75 negara

Kemudian cucuku bertanya

Datuk-datuk, kok ada orang begitu ganas..?

Kemudian dia bertanya lagi,
kenapa itu datuk? Mengapa begitu banyak?

Mereka melakukan kerja paksa, merebut kekuasaan di suatu negara

Kerja paksa

Kemudian orang-orang di bangsanya sendiri berjatuhan mati

Kerja paksa

Kemudian yang ke dua

Sesudah kerja paksa,
program ekonomi diseluruh negara komunis tidak ada satupun yang berhasil

Mati kelaparan, bergelimpangan di jalan-jalan

Kemudian yang ketiga, sebab jatuhnya Puisi ini

Sebabnya adalah mereka membantai bangsanya sendiri,

Mereka membantai bangsanya sendiri

Di Indonesia

Pertamakali di bawa oleh Musso, di bawa Musso.

Di Madiun mereka mendengarkan pembantaian.

...

Terputus ... Karena Taufik Ismail diusir oleh panitia Symposium PKI Rabu 19 April 2016 di Hotel Aryaduta Jakarta.
http://kenisah.blogspot.com

Saturday, April 9, 2016

Anti Teroris Pesanan Asing

Din Syamsudin Yakin Program Deradikalisasi adalah Proyek Amerika Serikat
Sabtu, 9 April 2016 - 09:18 WIB

Hidayatullah.com – Mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Prof. Din Syamsudin mengatakan, dirinya yakin bahwa program deradikalisasi yang dicanangkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merupakan proyek dari kepentingan asing.

"Saya sampai saat ini masih meyakini program deradikalisasi adalah proyek Amerika Serikat," ujarnya dalam pengajian bulanan Pengurus Pusat Muhammadiyah bertema "Pemberantasan Terorisme yang Pancasilais dan Komprehensif"di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Jum'at malam, (08/04/2016).

Ia bercerita, beberapa waktu lalu, pihaknya pernah dipertemukan dengan pejabat dari Gedung Putih (pemerintah Amerika Serikat) di Bogor. Yang mana pada pertemuan tersebut, kata Din, mereka berusaha meyakinkan Muhammadiyah agar mau mendorong dan mendukung program deradikalisasi.

Namun, ia dan Muhammadiyah berkeyakinan, bahwa deradikalisasi bukan cara yang tepat dalam memberantas terorisme.

"Tetapi deradikalisasi selama ini menempuh jalan yang keliru, bukan kemudian menghilangkan radikalisme itu, tapi deradikalisasi justru mengambil bentuk radikalisme baru," jelas Din.

Presiden Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) ini beranggapan, program deradikalisasi memandang terorisme hanya dari kacamata ideologi yang mengarah pada satu agama tertentu.

"Jika hanya menekankan fokus pada satu faktor tunggal, yakni idologi, apalagi disangkutkan pada keagamaan, saya kira dengan analisa kacamata kuda seperti ini kita akan kehilangan arah dalam pemberantasan terorisme," tukasnya.

Padahal, menurut Din, ada faktor lain yang mempengaruhi tindak terorisme. Yakni faktor non agama seperti kesenjangan, ketidakadilan sosial, ekonomi dan politik, baik tingkat global maupun regional.

Presiden ACRP: Penanganan Teroris Bermasalah Karena Justru Membentuk Terorisme Baru

Termasuk juga, lanjutnya, adanya faktor penunggangan yang memanfaatkan elemen radikal minoritas, yang membuat mereka terdorong dan tergerak melakukan aksi-aksi kekerasan.

"Dari literatur yang saya baca, ada faktor penunggangan tersebut baik tingkat global maupun nasional di banyak negara. Tentu ini adalah tujuan untuk mendeskreditkan Islam, inilah yang kita tolak," ungkap Din.

Ia menegaskan, Muhammadiyah jauh sebelum ada BNPT sudah terlibat dalam gerakan untuk menanggulangi terorisme, dengan mengutamakan Islam yang rahmatan lil alamin.

Untuk itu, Din berharap program deradikalisasi untuk direvisi agar jangan justru mengambil bentuk radikalisme baru.

Rep: Yahya G Nasrullah

Editor: Cholis Akbar
http://kenisah.blogspot.com