Tuesday, October 27, 2015

Rafidhah vs Syiah

Sebutan Rafidhah erat kaitannya dengan sebutan Imam Zaid bin Ali yaitu anak dari Imam Ali Zainal Abidin, yang bersama para pengikutnya memberontak kepada Khalifah Bani Umayyah Hisyam bin Abdul-Malik bin Marwan pada tahun 121 H.[13]

Syaikh Abul Hasan Al-Asy'ari berkata: "Zaid bin Ali adalah seorang yang melebihkan Ali bin Abu Thalib atas seluruh shahabat Rasulullah, mencintai Abu Bakar dan Umar, dan memandang bolehnya memberontak terhadap para pemimpin yang jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di tengah-tengah para pengikut yang membai'atnya, ia mendengar dari sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakar dan Umar. Ia pun mengingkarinya, hingga akhirnya mereka (para pengikutnya) meninggalkannya. Maka ia katakan kepada mereka: "Kalian tinggalkan aku?" Maka dikatakanlah bahwa penamaan mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka "Rafadhtumuunii".[14]
Pendapat Ibnu Taimiyyah dalam "Majmu' Fatawa" (13/36) ialah bahwa Rafidhah pasti Syi'ah, sedangkan Syi'ah belum tentu Rafidhah; karena tidak semua Syi'ah menolak Abu Bakar dan Umar sebagaimana keadaan Syi'ah Zaidiyyah.
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: "Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa Rafidhah itu? Maka dia (Imam Ahmad) menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang mencela Abu Bakar dan Umar'."[15]
Pendapat juga diutarakan oleh Imam Syafi'i. Ia pernah mengutarakan pendapatnya mengenai Syi'ah dalam diwan asy-Syafi'i melalui penggalan syairnya: "Jika Rafidhah itu adalah mencintai keluarga Muhammad, Maka hendaknya dua makhluk (jin dan manusia) bersaksi bahwa aku adalah seorang Rafidhi.", Dia juga berkata, "Mereka mengatakan, 'Kalau begitu Anda telah menjadi Rafidhi?' Saya katakan, 'Sekali-kali tidak… tidaklah al-Rafdh (menolak Khalifah Abu Bakar dan Umar) itu agamaku, tidak juga keyakinanku." Imam Asy-Syafi'i berkata: "Saya belum melihat seorang pun yang paling banyak bersaksi/bersumpah palsu (berdusta) dari Syi'ah Rafidhah." () [16]


Sumber : Wikipedia


http://kenisah.blogspot.com

Friday, October 16, 2015

“Sejarah Gelap Para Paus”

OLeh: Dr. Adian Husaini

"Sejarah Gelap Para Paus – Kejahatan, Pembunuhan, dan Korupsi di Vatikan". Itulah judul sebuah buku yang belum lama ini diterbitkan oleh Kelompok Kompas-Gramedia (KKG). Edisi bahasa Inggris buku ini ditulis oleh Brenda Ralph Lewis dengan judul Dark History of the Popes – Vice Murder and Corruption in the Vatican.

"Benediktus IX, salah satu paus abad ke-11 yang paling hebat berskandal, yang dideskripsikan sebagai seorang yang keji, curang, buruk dan digambarkan sebagai 'iblis dari neraka yang menyamar sebagai pendeta'. (hal.9)

Itulah sebagian gambaran tentang kejahatan Paus Benediktus IX dalam buku ini. Riwayat hidup dan kisah kejahatan Paus ini digambarkan cukup terperinci. Benediktus IX lahir sekitar tahun 1012. Dua orang pamannya juga sudah menjadi Paus, yaitu Paus Benediktus VIII dan Paus Yohanes XIX. Ayahnya, Alberic III, yang bergelar Count Tusculum, memiliki pengaruh kuat dan mampu mengamankan singgasana Santo Petrus bagi Benediktus, meskipun saat itu usianya masih sekitar 20 tahunan.

Paus muda ini digambarkan sebagai seorang yang banyak melakukan perzinahan busuk dan pembunuhan-pembunuhan. Penggantinya, Paus Viktor III, menuntutnya dengan tuduhan melakukan 'pemerkosaan, pembunuhan, dan tindakan-tindakan lain yang sangat keji'. Kehidupan Benediktus, lanjut Viktor, 'Begitu keji, curang dan buruk, sehingga memikirkannya saja saya gemetar." Benediktus juga dituduh melakukan tindak homoseksual dan bestialitas.

Kejahatan Paus Benediktus IX memang sangat luar biasa. Bukan hanya soal kejahatan seksual, tetapi ia juga menjual tahta kepausannya dengan harga 680 kg emas kepada bapak baptisnya, John Gratian. Gara-gara itu, disebutkan, ia telah menguras kekayaan Vatikan.

Paus lain yang dicatat kejahatannya dalam buku ini adalah Paus Sergius III. Diduga, Paus Sergius telah memerintahkan pembunuhan terhadap Paus Leo V dan juga antipaus Kristofer yang dicekik dalam penjara tahun 904. Dengan cara itu, ia dapat menduduki tahta suci Vatikan. Tiga tahun kemudian, ia mendapatkan seorang pacar bernama Marozia yang baru berusia 15 tahun.

Sergius III sendiri lebih tua 30 tahun dibanding Marozia. Sergius dan Marozia kemudian memiliki anak yang kelak menjadi Paus Yohanes XI, sehingga Sergius merupakan satu-satunya Paus yang tercatat memiliki anak yang juga menjadi Paus.
Sebuah buku berjudul Antapodosis menggambarkan situasi kepausan dari tahun 886-950 Masehi:

"Mereka berburu dengan menunggang kuda yang berhiaskan emas, mengadakan pesta-pesta dengan berdansa bersama para gadis ketika perburuan usai dan beristirahat dengan para pelacur (mereka) di atas ranjang-ranjang berselubung kain sutera dan sulaman-sulaman emas di atasnya. Semua uskup Roma telah menikah dan istri-istri mereka membuat pakaian-pakaian sutera dari jubah-jubah suci."

Banyak penulis sudah mengungkap sisi gelap kehidupan kepausan. Salah satunya Peter de Rosa, penulis buku Vicars of Christ: The Dark Side of the Papacy. Buku ini juga mengungkapkan bagaimana sisi-sisi gelap kehidupan dan kebijakan tahta Vatikan yang pernah melakukan berbagai tindakan kekejaman, terutama saat menerapkan Pengadilan Gereja (Inquisisi). Kekejaman Inquisisi sudah sangat masyhur dalam sejarah Eropa. Karen Armstrong, mantan biarawati dan penulis terkenal, menyebutkan, bahwa Inquisisi adalah salah satu dari institusi Kristen yang paling jahat (one of the most evil of all Christian institutions). (Karen Armstrong, Holy War: The Crusades and Their Impact on Today's World, (London: McMillan London Limited, 1991).

Inquisisi diterapkan terhadap berbagai golongan masyarakat yang dipandang membahayakan kepercayaan dan kekuasaan Gereja. Buku Brenda Ralph Lewis mengungkapkan dengan cukup terperinci bagaimana Gereja menindas ilmuwan seperti Galileo Galilei dan kawan-kawan yang mengajarkan teori heliosentris. Galileo (lahir 1564 M) melanjutkan teori yang dikemukakan oleh ahli astronomi asal Polandia, Nikolaus Copernicus. Tahun 1543, tepat saat kematiannya, buku Copernicus yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium, diterbitkan.

Tahun 1616, buku De Revolutionibus dimasukkan ke dalam daftar buku terlarang. Ajaran heliosentris secara resmi dilarang Gereja. Tahun 1600, Giordano Bruno dibakar hidup-hidup sampai mati, karena mengajarkan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Lokasi pembakaran Bruno di Campo de Fiori, Roma, saat ini didirikan patung dirinya.

Melihat situasi seperti itu, Galileo yang saat itu sudah berusia lebih dari 50 tahun, kemudian memilih sikap diam.

Pada 22 Juni 1633, setelah beberapa kali dihadirkan pada sidang Inquisisi, Galileo diputus bersalah. Pihak Inquisisi menyatakan bahwa Galileo bersalah atas tindak kejahatan yang sangat mengerikan. Galileo pun terpaksa mengaku, bahwa dia telah bersalah. Bukunya, Dialogo, telah dilarang dan tetap berada dalam indeks Buku-Buku Terlarang sampai hampei 200 tahun. Galileo sendiri dihukum penjara seumur hidup. Ia dijebloskan di penjara bawah tanah Tahta Suci Vatikan. Pada 8 Januari 1642, beberapa minggu sebelum ulang tahunnya ke-78, Galileo meninggal dunia. Tahun 1972, 330 tahun setelah kematian Galileo, Paus Yohanes Paulus II mengoreksi keputusan kepausan terdahulu dan membenarkan Galileo.

Kisah-kisah kehidupan gelap para Paus serta berbagai kebijakannya yang sangat keliru banyak terungkap dalam lembaran-lembaran sejarah Eropa. Peter de Rosa, misalnya, menceritakan, saat pasukan Napoleon menaklukkan Spanyol tahun 1808, seorang komandan pasukannya, Kolonel Lemanouski, melaporkan bahwa pastor-pastor Dominikan mengurung diri dalam biara mereka di Madrid.

Ketika pasukan Lemanouski memaksa masuk, para inquisitors itu tidak mengakui adanya ruang-ruang penyiksaan dalam biara mereka. Tetapi, setelah digeledah, pasukan Lemanouski menemukan tempat-tempat penyiksaan di ruang bawah tanah. Tempat-tempat itu penuh dengan tawanan, semuanya dalam keadaan telanjang, dan beberapa di antaranya gila.

Pasukan Prancis yang sudah terbiasa dengan kekejaman dan darah, sampai-sampai merasa muak dengan pemandangan seperti itu. Mereka lalu mengosongkan ruang-ruang penyiksaan itu, dan selanjutnya meledakaan biara tersebut.

Kejahatan penguasa-penguasa agama ini akhirnya berdampak pada munculnya gerakan liberalisasi dan sekularisasi di Eropa. Masyarakat menolak campur tangan agama (Tuhan) dalam kehidupan mereka.

Sebagian lagi bahkan menganggap agama sebagai candu, yang harus dibuang, karena selama ini agama digunakan alat penindas rakyat. Penguasa agama dan politik bersekutu menindas rakyat, sementara mereka hidup berfoya-foya di atas penderitaan rakyat. Salah satu contoh adalah Revolusi Perancis (1789), yang mengusung jargon "Liberty, Egality, Fraternity".

Pada masa itu, para agamawan (clergy) di Perancis menempati kelas istimewa bersama para bangsawan. Mereka mendapatkan berbagai hak istimewa, termasuk pembebasan pajak. Padahal, jumlah mereka sangat kecil, yakni hanya sekitar 500.000 dari 26 juta rakyat Prancis.

Dendam masyarakat Barat terhadap keistimewaan para tokoh agama yang bersekutu dengan penguasa yang menindas rakyat semacam itu juga berpengaruh besar terhadap sikap Barat dalam memandang agama. Tidak heran, jika pada era berikutnya, muncul sikap anti pemuka agama, yang dikenal dengan istilah "anti-clericalism". Trauma terhadap Inquisisi Gereja dan berbagai penyimpangan kekuasaan agama sangatlah mendalam, sehingga muncul fenomena "anti-clericalism" tersebut di Eropa pada abad ke-18. Sebuah ungkapan populer ketika itu, ialah: "Berhati-hatilah, jika anda berada di depan wanita, hatilah-hatilah anda jika berada di belakang keledai, dan berhati-hatilah jika berada di depan atau di belakang pendeta." (Beware of a woman if you are in front of her, a mule if you are behind it and a priest whether you are in front or behind)." (Owen Chadwick, The Secularization of the European Mind in the Nineteenth Century, (New York: Cambridge University Press, 1975).

Trauma pada dominasi dan hegemoni kekuasaan agama (Kristen) itulah yang memunculkan paham sekularisme dalam politik, yakni memisahkan antara agama dengan politik. Mereka selalu beralasan, bahwa jika agama dicampur dengan politik, maka akan terjadi "politisasi agama"; agama haruslah dipisahkan dari negara. Agama dianggap sebagai wilayah pribadi dan politik (negara) adalah wilayah publik; agama adalah hal yang suci sedangkan politik adalah hal yang kotor dan profan.
Trauma Barat terhadap sejarah keagamaan mereka berpengaruh besar terhadap cara pandang mereka terhadap agama. Jika disebut kata "religion" maka yang teringat dalam benar mereka adalah sejarah agama Kristen, lengkap dengan doktrin, ritual, dan sejarahnya yang kelam yang diwarnai dengan inquisisi dan sejarah persekusi para ilmuwan.

Berbagai penyelewengan penguasa agama, dan pemberontakan tokoh-tokoh Kristen kepada kekuasaan Gereja yang mengklaim sebagai wakil Kristus menunjukkan bahwa konsep "infallible" (tidak dapat salah) dari Gereja sudah tergoyangkan.

Kaum Muslim, perlu mengambil hikmah dari kasus kejahatan para pemimpin Gereja ini. Ketika para tokoh agama tidak mampu menyelaraskan antara ucapan dan perilakunya, maka masyarakat akan semakin tidak percaya, bahkan bias "alergi" dengan agama. Jika orang-orang yang sudah terlanjur diberi gelar — atau memberi gelar untuk dirinya sendiri – sebagai "ULAMA", tidak dapat mempertanggungjawabkan amal perbuatannya, maka bukan tidak mungkin, umat akan hilang kepercayaannya kepada para ulama. Mereka akan semakin jauh dari ulama dan lebih memuja selebriti – baik selebriti seni maupun politik.

Kasus yang menimpa sejumlah tokoh agama Katolik itu dapat juga menimpa agama mana saja. Jika tokoh-tokoh partai politik Islam tidak dapat memegang amanah — sibuk mengeruk keuntungan pribadi dan kelompoknya, tak henti-hentinya mempertontonkan konflik dan pertikaian — maka bukan tidak mungkin, umat akan lari dari mereka dan partai mereka.

Jika para pimpinan pesantren tidak dapat memegang amanah, para ulama sibuk mengejar keuntungan duniawi, dan sebagainya, maka umat juga akan lari dari mereka. Jika orang-orang yang dianggap mengerti agama tidak mampu menjadi teladan bagi masyarakat, tentu saja sulit dibayangkan masyarakat umum akan sudi mengikuti mereka.

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari semua kisah ini, untuk kebaikan umat Islam di masa yang akan datang.*/Depok, 20 Maret 2011

Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini bekerjasama dengan Radio Dakta 107 FM

Rep: Cholis Akbar



http://kenisah.blogspot.com

Sunday, October 11, 2015

Kuis Sahabat Nabi

☆ 1. Satu-satunya sahabat yang disebut Allah di dalam al-Qur'an.

☆ 2. Beberapa ayat al-Qur'an turun karena beliau, di antaranya ayat seputar pengharaman khamer.

☆ 3. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang sahabat ini: "Tidakkah sepatutnya aku malu kepada seorang laki-laki yang malaikat pun malu kepadanya." (HR. Muslim)

☆ 4. Banyak orang mengira seorang sahabat ini berasal dari Romawi karena kalimat "ar-Ruumiy" di akhir namanya, padahal beliau asli Arab, berasal dari Yaman.
☆ 5. Khalid bin Zaid radhiyaAllahu 'anhu namanya, namun lebih masyhur dengan kun-yah-nya. Siapakah kun-yah beliau yang masyhur tersebut?

[Kun-yah ialah panggilan seseorang dengan Abu atau Ummu, seperti Abu Muhammad dan Ummu Salamah]

☆ 6. 'Arsy Allah hingga bergetar karena wafatnya sahabat yang satu ini.

☆ 7. Sebelum masuk Islam, ia hidup mewah dan bergelimang harta, berparfum langka, banyak disuka wanita, namun setelah memeluk Islam ia meninggalkan itu semua.

☆ 8. Sahabat fakir ini dinikahkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan seorang shohabiyah [sahabat wanita], dan d akhir hayatnya ia mati syahid di medan jihad.

☆ 9. Shohabiyyah ini pernah datang kepada Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam lalu menjelaskan hanya punya sebuah baju, kemudian ia bertanya seputar perkara haid.

☆ 10. Sahabat mulia ini datang dari jauh, dalam perjalanan hidupnya ia pernah memeluk tiga agama.

Silakan mencari jawabannya. Semoga dimudahkan. Kunci jawaban insya Allah akan dibagi dikemudian hari. Baarokallahu fiikum.

_______________________________
➡ Berikut jawabannya:

1. Zaid bin Haritsah
2. 'Ali bin Abi Thalib
3. 'Utsman bin 'Affan
4. Suhaib ar-Ruumiy
5. Abu Ayyub al-Anshori
6. Sa'ad bin Mu'adz
7. Mus'ab bin 'Umair
8. Julaibib
9. Khoulah binti Yasar
10. Rozbeh alias Salmaan al-Farisi






http://kenisah.blogspot.com

KHILAFAH

By ustadz arim nasim

Dalam Sistem pemilihan dan pelantikan khilafah ada 2 istilah :
1. Thoriqah…..Metode Baku, harus dilakukan dan tidak boleh berubah, yaitu proses atau metode yang menjadikan seorang yang memenuhi syarat , sah menjadi kholifah yaitu melalui proses yang disebut Baiat…..Semua Kholifah yang memimpin Kaum Muslimin sejak Khalifah Pertama yaitu Abu Bakar sampai Kholifah terakhir itu mereka menjadi Khalifah melalui proses Baiat.
2. Ushlub….Metode yg berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan waktu, yaitu cara untuk memilih seseorang yang memenuhi syarat untuk dibaiat menjadi seorang khalifah. Ushlub untuk memilih seorang kholifah yang disepakati oleh para sahabat atau ijma itu ada 4 teknik, yaitu :

i) Melalui Pemilihan Langsung oleh Para Tokoh yang disebut dengan Ahlul Hali wal aqdi.
Teknik ini dilakukan pada saat pemilihan Khalifah Abu Bakar Sidik R.A, setelah Rasululloh SAW wafat, tokoh-tokoh dari kalangan Muhajirin dan Anshar berkumpul di Tsaqifah bani Saidah untuk bermusyawarah memilih pemimpin pengganti Rasululloh SAW dalam musyawarah yang berlangsung alot muncul 4 nama untuk menjadi calon yang kholifah yaitu Saad, Abu Ubaidah, Umar dan Abu Bakar. Dari 4 calon tersebut melalui proses diskusi yang sangat keras dengan argument masing-masing akhirnya mereka sepakat memilih dan membait Abu bakar Siddiq. Sejak Baiat itulah Abu Bakar sah menjadi khalifah.

ii) Melalui Survey Langsung kepada kaum muslimin oleh Khalifah sebelumnya untuk memilih siapa yang layak untuk menjadi kholifah.
Tekhnik ini dilakukan oleh Abu Bakar Sidik RA dan disetujui oleh para sahabat. Abu bakar diakhiri kekuasaannya bertanya kepada kaum muslimin khususnya yang ada dipusat pemerintahan untuk mengetahui siapa yang menurut mereka layak untuk menjadi kholifah.

Survey ini dilakukan oleh Abu bakar siddiq RA selama 3 bulan, dan setelah cukup mendapat keyakinan tentang calon kholifah yang akan menggantikannya sesuai dengan aspirasi kaum muslimin yaitu Umar bin Khatab, maka Sayyidana Abu Bakar sidik RA mengumumkan kepada masyarakat atau kaum muslimin bahwa pengganti Kholifah setelah beliau adalah Umar bin Khotob RA . karena itulah setelah Abu Bakar Siddiq meninggal kaum muslimin dan tokoh-tokohnya pada saat itu datang ke masjid dan membaiat Umar bin Khotob RA. Sejak Baiat itulah Umar bin Khotob sah khalifah.

iii) Menunjuk Tim Formatur

Teknik ini dilakukan pada masa kholifah Umar bin Khotob. Setelah Umar bin Khotob merasa ajalnya semakin dekat setelah di tikam oleh orang yahudi. Beliau menunjuk 6 Orang sahabat utk bermusyawarah siapa diantara mereka yang disepakati oleh 6 orang tersebut. Umar bin khotob juga menjelaskan teknisnya yaitu bisa melalui musywarah mufakat diantara 6 orang tersebut atau melalui voting dengan disaksikan oleh Abdullah bin umar serta diawasi oleh 50 orang tokoh dari kalangan muslimin dan jika melalui voting suara itu ada 2 orang yang hasilnya sama yaitu 3 : 3, maka keputusan diserahkan kepada Abdullah bin umar utk memilih salah satu diantara 2 orang tersebut.

Tapi ketika 6 orang tersebut bermusyawarah, Abdur Rahman bin Auf minta izin kepada 5 calon lain utuk mengundurkan diri dari calon, dan dia minta waktu maksimal tiga hari untuk mencari siapa diantara 5 orang tersebut yang dikehendaki oleh kaum muslimin khususnya penduduk madinah. Semua sepakat, akhirnya abdur Rahman bin Auf bertanya kepada penduduk madinah siapa diantara 5 orang itu yang mereka kehendaki untuk menjadi Khalifah, setelah dilakukan mayoritas mengarah kepada 2 orang itu yaitu Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib .

Tapi ada syarat yang diminta oleh kaum muslimin melalui Abdur Rahman bin Auf, ditanya kepada 2 orang itu yaitu Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, siapa mereka yang mau melanjutkan kebijakan kholifah sebelumnya dalam masalah hukum itulah yang lebih disukai. Dari 2 orang tersebut yang bersedia adalah Ustman bin Affan, sementara Ali bin Abi Thalib dia mau berijtihad seusai dengan kemampuannya. Maka Abdur Rahman bin Auf dan yang hadir membaiat Ustman bin Affan. Sejak Baiat itulah Utsman bin Affan sah menjadi khalifah.
iv) Sebagai Tokoh –tokoh kaum muslimin meminta seseorang untuk bersedia menjadi kholifah.

Teknik ini dilakukan pada saat pengangkatan Ali bin Abi Thalib, ketika ustman bin affan meninggal, kaum muslimin dari madinah dan kuffah mendatangi Ali bin Abi Thalib untuk meminta Beliau menjadi khalifah. Ali menyanggupi dan menerima permintaan mereka, kemudian mereka membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai kholifah. Sejak Baiat itulah Ali bin Abi Thalib sah menjadi khalifah.



http://kenisah.blogspot.com