Wednesday, January 9, 2013

wall seorang teman

Sekedar | Copy | Paste | a little bit Edit |
dari Wall Seorang Teman,
jauh di Inggris Raya sana,

Kisar Tahun Lalu...

Dalam lamannya, Sang Teman menulis
tentang Otomotif, tentang Kanzen, dan tentang saya

-----------------------
-----------------------


Berikut saya tempelkan 'curhat' seorang teman, inisialnya HF dia saya sebut sbg pejuang produk Indonesia, salah satu manajer di Kanzen Motor.

Berikut curhatnya ttg otomotif nasional:

"aku sudah menjalani --sepeda motor Indonesia-- mulai desain, bikin dies, tools, machining, welding, sekalian membangun pabrik 5 gedung full manufaktur.... dan tentunya assembling lokal di kerawang... sudah ber-mass produksi sampe 10 tahun... total produksi sudah sekitar 250ribu unit motor....
dan sepeda motor ini ya ikut partisipasi di urusan esemka.. namanya kanzen esemka.... aku install line assembling di sekitar 30 esemka se-indonesia... total hasil rakitan kanzen esemka ini mencapai 500 unit dalam 2 tahun... dan sudah dipasarkan ke publik...
jadi aku ya sudah ikut mulai buka pabrik sampe tutup.... wahahahahaha.... inilah perjuangan industri otomotif nasional...
lha kalau sekarang perkara mobil esemka,... ini kayaknya masih proto ... dan masih karoserian.. belum ada pabriknya.... manufakturnya mau diarahkan kemana? butuh political will untuk menjawab ini...".

-------------

Menurut saya ini ironis, miris dan aneh, mengapa tiba2 orang terkejut dan mendamba2kan mobil nasional hanya karena SMK bisa merakit mobil? Sambil dg 'nasionalisme'nya mengatakan "harus dibeli produk negara sendiri! Cinta produk lokal!"

Padahal sudah ada industri "asli" Indonesia, yg jelas2 lebih dari SEKADAR MERAKIT (atau bahkan mengentheng), tetapi mem-MANUFAKTUR-nya dg 'gaya modern' (layaknya sebuah pabrik, bukan bengkelan) dan benar2 ramuan bangsa Indonesia (saya katakan ramuan, karena memang tidak semua kompunen mereka desain dan diproduksi sendiri), yaitu sepeda motor Indonesia, KANZEN sudah berdiri 10thn yg lalu!

Komitmen pabrik asli Indonesia itu thd pengembangan pendidikan pun ada. Mereka memanjangkan lini produksinya hingga ke puluhan SMK di Indonesia. Toh tak juga ada perhatian dari masyarakat (apalagi pemerintah) hingga si MotNas yang pernah dipamerkan di PRJ dg menggunakan tabung gas hijau melon 3kg-an sebagai bahan bakarnya (demi menunjukkan kehebatan R&D mereka) itupun kini 'mati'.

Tapi adakah dari kita yang memakainya?
Adakah dari anda yg memakai Kanzen?

Sekarang rekan saya itu sudah tdk aktif setiap hari di pabriknya, karena sudah tdk berproduksi, mgkn hanya sekali dalam 2 minggu atau sebulan dia datang untuk ngelap mejanya.
Sudah semenjak lebih setahun lalu, ketika masih aktif tiap hari datangpun ia sudah tidak digaji, saking susahnya si MOTNAS ini hidup.

Ia sekarang 'ngasong' (istilah yg cukup populer di kalangan dosen, dimana pengajar membawa setumpuk bahan kuliah, datang ke kampus2 berpindah2, mengajar dalam hitungan SKS dan dapat honor berdasarkan jam mengajar).
Beliau mengajar mata kuliah yg berkaitan ttg manajemen produksi di salah satu politeknik di Jakarta. ### yudhidayak - Leicester University, UK.