"Diam-diam
ternyata saya menyukai semangat FPI dalam memberantas kemunkaran.
Saya tahu, kadangkala ada yang salah dalam aksi mereka. Namun,
kesalahan mereka tidaklah seberapa dibanding kesalahanku yang takut
dan tak peduli dengan kemunkaran yang merajalela.
Diam-diam ternyata saya menyukai semangat dan ketulusan Jamaah Tabligh dalam meramaikan shalat berjamaah di masjid. Saya tahu, kadangkala ada yang salah dalam tindakan sebagian mereka. Namun, kesalahan mereka tidaklah seberapa dibanding kesalahanku yang tidak melakukan apa- apa saat tetanggaku banyak yang tidak shalat.
Diam-diam ternyata saya menyukai semangat dan ketulusan Jamaah Tabligh dalam meramaikan shalat berjamaah di masjid. Saya tahu, kadangkala ada yang salah dalam tindakan sebagian mereka. Namun, kesalahan mereka tidaklah seberapa dibanding kesalahanku yang tidak melakukan apa- apa saat tetanggaku banyak yang tidak shalat.
Diam-diam
ternyata saya menyukai semangat Hizbut Tahrir dalam membangun
khilafah. Saya tahu, ada yang salah dalam sebagian konsep khilafah
mereka. Namun, kesalahakanku yang tak mau berbuat apa-apa
untuk penegakan syariat Islam, jauh lebih besar dari
kesalahan mereka.
Diam-diam
ternyata saya menyukai cara berpolitik orang-orang PKS. Saya tahu,
mereka banyak dihuni oleh tokoh-tokoh di luar Nahdlatul Ulama; dan
yang namanya partai politik pasti cukup banyak kesalahan oknum
mereka. Namun, kesalahan mereka tidaklah seberapa
dibanding kesalahanku memilih partai yang cenderung sekuler
dan anti penerapan syariat Islam.
Bahkan,
diam-diam ternyata saya juga suka dengan keberanian Al-Qaidah dalam
melawan kezaliman politik Amerika dan Israel. Aku tahu, mereka
melakukan beberapa kesalahan, tapi kesalahanku yang tidak
peduli dengan nasib umat Islam jauh lebih besar dari
kesalahan mereka.
Dan,
dengan terang-terangan saya menyatakan sangat mengagumi Nahdlatul
Ulama. Yakni, NU yang sesuai dengan pandangan Hadratussyekh Kyai
Hasyim Asy'ari . BUKAN NU yang menjadi kendaraan politik. BUKAN NU
yang dipenuhi kepentingan pragmatis. BUKAN NU yang menjadi pembela
Syiah dan Ahmadiyah. BUKAN NU yang melindungi liberalisme. Dan, BUKAN
NU yang membuat Rahmatan Lil Alamin sebagai justifikasi untuk
ketidakpeduliannya terhadap perjuangan penegakan syariat Islam ".
"Niat
saya, agar antar gerakan Islam saling menjaga ukhuwah. Jangan sampai
ashobiyyah dan fanatik buta pada organisasi masing-masing menutup
pintu kebaikan kelompok lain".
Kiai Ahmad Dairobi, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur.
No comments:
Post a Comment