Friday, June 2, 2017

Refleksi 1 Juni Oleh Prof Ryas Rasyid.

Tulisan Prof Dr Ryas Rasyid perlu dibaca, terutama buat mereka yang mendadak jadi Pancasilais.
#Refleksi 1 Juni Oleh Prof Ryas Rasyid.#

Hari ini 1 juni 2017 diperingati sebagai jari lahir Pancasila. Ramelah diskusi, perdebatan, pemujaan dan kritik thdp sakralisasi hari ini. Tapi sekedar warning jangan PS terus2 dipelihara sekedar sebagai mantra, ritual, dan rhetorika belaka. Dalam kenyataan apakah PS sdh hadir melalui semua kebijakan negara? Apakah sdh hadir di kantor2 polisi, di kejaksaan, pengadilan, ktr pemerintah lainnya dan di pasar2? Kalau ada seseorang setengah gila bertanya di mana saya bisa lihat dan bertemu PS, tersediakah rujukan hidup bangsa kita yg dapat diobservasi?

Yg paling saya cemaskan ttg kehidupan bangsa kita saat ini adalah semakin nyatanya perbedaan dan jurang antara kata dan perbuatan. Hilanganya daya genggam masyarakat terhadap setiap janji para pemimpin, sulitnya menemukan sebutir keadilan sosial di tengah lautan kehidupan yg luas dan carut marut.

Fenomena kemunafikan semakin mencengkeram daya persepsi kita dalam melihat masa depan. Kemunafikan cenderung menjadi gaya hidup. Kebohongan dan ingkar janji menjadi seni kepemimpinan sehingga bayak awam yg alami disorientasi, halusinasi, dan terjebak dalam ilusi seolah olah tak ada masalah sama sekali.

Mereka bahkan terperangkap kemusyrikan halus ketika pemujaan pada pemimpin munafik menjadi kebanggaan warganegara.

Sekarang tiba2 para penjahat ekonomi terserang penyakit jiwa berat dengan slogan membela bhinneka tunggal ika, nkri harga mati, rela mati untuk pancasila. Para patriot mendadak atau mendadak patriot ini lupa bagaimana kaum pribumi didiskriminasi dan dilecehkan di tempat tempat kerja mereka di lingkungan perusahaan para patriot mendadak itu.

Cilakanya jaringan pers milik mereka mendramatisir slogan2 kosong itu seraya menyudutkan dan mengecilkan teriakan mayoritas rakyat yang nyata2 mengalami akibat dari kepincangan sosial ekonomi produk negara ini.

Ketidak adilan sosial adalah produk dari sistem. Bukan hasil proses alamiah dan pasti bukan takdir. Itu adalah produk sistem negara.

Maka, secara moral negara tdk punya lagi basis moral untuk memaksa rakyat tunduk pada kebijakan yang terbukti sdh gagal menghadirkan keadilan dan kesejahteraan.

Masyarakat Adil dan Makmur semakin jauh menghilang dalam angan2 masyarakat pada lapisan bawah. Dalam mimpi pun sdh tak pernah hadir. Diantara mereka ada yg menganggap M A M itu adanya di akherat, dibawah pemerintahan langsung oleh Allah SWT. Bukan di sini. Dan tak akan pernah hadir di NKRI harga mati ini, setidaknya dalam masa yg bisa kita prediksikan. Wallahu alam.

No comments:

Post a Comment