Friday, November 13, 2015

Etnik Kurdi Benteng Khilafah Utsmaniyah, Kenapa Memberontak Turki Sekarang?

Etnik Kurdi di Turki . (akhbaralaalam.net)
dakwatuna.com – Ankara. Ketika memperhatikan Turki, kita bisa menemukan hubungan yang rumit dan cukup unik antara bangsa Kurdi dan bangsa Turki.

Informasi yang disajikan media Barat berusaha menggambarkan adanya hubungan buruk antara Kurdi-Turki. Ada persaingan bahkan permusuhan antara keduanya.


Sebenarnya, Turki adalah contoh sebuah negara yang berhasil menaungi berbagai etnik yang sangat beragam. Ada Arab, Kurdi, Sirkasia, Albania, Armenia dan lainnya. Dengan demikian, Turki adalah sebuah negara multi etnik.

Namun demikian, etnik Kurdi mempunyai posisi tersendiri karena mempunyai populasi terbesar kedua setelah etni Turki. Sejak dari dulu, etnik Kurdi sudah hidup damai sekampung dan sekota dengan Turki dan Armenia. Sama halnya etnik-etnik Islam yang hidup dalam naungan negara Khilafah Utsmaniyah.

Banyak yang menilai, Kurdi termasuk etnik yang konservatif lebih dari etnik-etnik Turki yang lainnya. Hal itu disebabkan kondisi domisili mereka yang merupakan daerah pegunungan, dan banyaknya jumlah ulama di kalangan mereka.
Seiring dengan jatuhnya Khilafah Utsmaniyah, dan didirikannya Turki sebagai negara republik, tindakan penindasan dilakukan terhadap umat Islam pada umumnya di seluruh wilayah Turki.

Di mana-mana didirikan tiang gantungan untuk mengeksekusi mati. Banyak juga tokoh Islam yang ditangkapi. Karena kuat memegang ajaran Islam dan pentingnya Khilafah Utsmaniyah, etnik Kurdi menolak didirikannya Republik Turki.


Etnik Kurdi tampil dengan sikap keras menentang dijatuhkannya Khilafah Utsmaniyah. Sheikh Said Piran, misalnya, adalah tokoh agama yang melakukan revolusi untuk mengembalikan lagi Khilafah Utsmaniyah.

Sheikh Said Nursi juga melakukan hal yang sama dengan cara mengembangkan kesadaran Islam Syamil untuk membendung gelombang sekularisme.

Karena itulah, pemerintahan negara yang baru melakukan operasi-operasi militer di wlayah-wilayah Turki bagian timur. Media dikerahkan juga untuk mengopinikan bahwa Kurdi adalah etnik yang menentang dan memusuhi negara Turki.

Dibuat opini publik untuk mendiskriminasi etnik Kurdi. Hingga akhirnya benar-benar ada perpecahan antara etnik Kurdi dan etnik Turki. Apalagi dengan terjadinya kudeta-kudeta dalam peralihan kekuasan. Penguasa kudeta selalu melakukan tindakan represif terhadap kelompok yang memegang teguh agama, terutama dari etnik Kurdi.

Pada tahun 1970-an, Partai Buruh Kurdistan (PKK) berdiri, dan mengampanyekan disintegrasi Kurdi dari Turki. Kurdi akan mendirikan sebuah negara Kurdi di wilayah Turki bagian timur.

Propaganda ini mendapatkan sambutan luas dari etnik Kurdi yang telah merasakan pahitnya hidup di bawah pemerintahan Turki pasca runtuhnya Khilafah Utsmaniyah dan digantikan dengan Republik Turki.


Karena membawa perasaan selalu dizhalimi inilah, mayoritas etnik Kurdi tidak peduli dengan ideologi PKK yang kiri-atheis, jauh berbeda dari kenyataan etnik Kurdi yang sangat berpegang pada ajaran Islam, bahkan disebut-sebut konservatif.

Oleh karena itu, bisa kita simpulkan bahwa sebenarnya permasalahan etnik Kurdi tidak dengan etnik Turki, tapi dengan rezim-rezim militer yang berkuasa sejak runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Bukan hanya etnik Kurdi yang merasakan kezhaliman mereka, tapi seluruh rakyat Turki yang memegang teguh ajaran Islam.

Tidak ada masalah antara Kurdi-Turki. Bahkan sebuah lembaga penelitian strategis menyatakan bahwa sepertiga etnik Turki memiliki kerabat dari etnik Kurdi. Demikian pula sebaliknya, banyak etnik Kurdi yang mempunyai kerabat dari etnik Turki. Hubungan keduanya sangat erat, dan sama sekali tidak ada masalah.

Dalam sejarah, Kurdi adalah etnik yang sangat setia dan loyal kepada negara Khilafah Utsmaniyah. Mereka telah mendukung Sultan Bayezid menghadapi serangan Tamerlane dari Mongol. Padahal saat itu kebanyakan etnik saat itu malah mendukung Tamerlane.

Sejarah juga belum mencatat revolusi etnik Kurdi melawan Khilafah Utsmaniyah. Tidak seperti etnik Turkmen yang beberapa kali melakukan revolusi. Misalnya revolusi Karman melawan Sultan Muhammad Al-Fatih.


Bahkan setelah runtuh pun, etnik Kurdi tetap mendukung Khilafah Utsmaniyah. Mereka menolak sama sekali pembentukan negara republik. Mereka pun melakukan perlawanan bersenjata seperti yang dilakukan Sheikh Said Piran, dan perlawanan pemikiran yang dipelopori Sheikh Said Nursi.

Etnik Kurdi terkenal dengan khazanah keilmuan Islam. Banyak lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman tersebar di wilayah tenggara Turki yang berpenduduk mayoritas etnik Kurdi. Perhatian mereka kepada keilmuan Islam memang luar biasa.

Karena itulah, banyak kalangan mereka (ulama) yang menjadi target kekejaman penguasa militer pasca republik. Penguasa sekular memerangi ulama dan kelompok yang berpegang teguh pada ajaran Islam, yang kebanyakan mereka berkonsentrasi di wilayah Kurdi. Banyak lembaga pendidikan di wilayah tersebut yang menjadi sasaran mereka.

Dalam pemilu Turki terakhir, mayoritas etnik Kurdi diketahui masih memberikan dukungan kepada Partai Rakyat Demokratik (HDP) yang berhaluan kiri. Walaupun sebenarnya, perolehan HDP berkurang 3% dari pemilu bulan Juni. Kenapa dukungan itu masih besar?

HDP bisa memanfaatkan perasaan dizhalimi pada etnik Kurdi. Partai yang baru berhasil masuk parlemen ini menampilkan diri sebagai representasi etnik Kurdi dengan segala lapisannya. Partai ini juga mengaku terbuka untuk pemeluk semua agama.


Walaupun kuat dalam memegang ajaran agama Islam, etnik Kurdi merasa penting adanya partai yang mewakili mereka secara etnik. Apalagi setelah pemerintah Turki mengakui Abdullah Ocelan dan Partai Buruh Kurdistan (PKK) sebagai mewakili etnik Kurdi dalam perundingan-perundingan perdamaian.

Etnik Kurdi merasa negara Khilafah Utsmaniyah yang dulu mereka dukung tidak ada di Turki. Sementara itu di wilayah Kurdi sendiri sedang terjadi tarik-menarik dukungan seiring dengan berkecamuknya perang di Irak dan Suriah yang bersentuhan secara langsung dengan mereka. Karena itu, etnik Kurdi merasa keberadaan partai yang secara resmi mewakili etnik mereka adalah sangat penting.

Walaupun demikian, etnik Kurdi kiranya kembali mengingat bahwa runtuhnya negara Khilafah Utsmaniyah terjadi karena ulah organisasi-organisasi dan partai-partai yang jelas didirikan dan didukung negara-negara Barat. Hal yang sama saat ini terjadi pada PKK dan HDP, sangat didukung negara-negara Barat? Apakah skenario jatuhnya khilafah mereka biarkan terulang kembali saat ini? (msa/dakwatuna)


http://kenisah.blogspot.com

No comments:

Post a Comment