Tuesday, August 4, 2015

Kenapa Bhawikarsu 90 Gendeng

Pemahaman pertama adalah bahwa "Bhawikarsu" adalah julukan bagi SMA Negeri 3 Malang, singkatan dari motto "Bhaktya Widhagda Karya Sudira". Sementara angka 90 berarti mereka – mereka yang lulus tahun 1990. Pada umumnya, angkatan lulus 90 adalah mereka yang masuk pada tahun 1987. Mangkanya, tahun 2015 merupakan milestone untuk reuni perak, 25 tahun. Kata "gendeng" biasa diungkapkan untuk sesuatu yang bermakna "luar biasa", diluar "kenormalan", atau memang bermakna "gila". Itu tiga pemahaman penting abad ini. Kalo pemahaman itu sudah beres, mari kita lanjutkan ke paragraf berikutnya yang ternyata lebih sulit.
Bener, ini sesuatu yang sulit…. Menulis ihwal something perennial yang terjadi dua puluh lima tahun silam itu tidak mudah, apalagi gak dibayar. Orang yang memiliki kemampuan dukun saja yang mudah melakukannya. Daya ingat yang kuat tidaklah cukup, karena kalo cuma ingat tetapi tidak ada yang membayar, juga bakal tidak dikerjakan. Okelah, kini sekiranya anggap saja saya memiliki kemampuan dukun melebihi anda semua. Kira – kira beginilah jadinya.

Mimpi Buruk dan Mimpi Indah

Adalah sebuah mimpi indah yang menjadi nyata ketika nama seorang bocah masuk dalam list "siswa yang diterima di SMA Negeri 3 Malang". Itulah daftar yang memuat bocah – bocah esempe –yang terseleksi, yang konon kumpulan bocah esempe paling pinter se bumi Arema. Mereka bungah hati diterima di sekolah paling favorit. Eiit…. stop….!! stop… !! gak boleh sombong… istighfaaar…..

Kumpul pertama, semuanya masih pake seragam esempe. Seingat saya siang – siang dimana mimpi buruk menjadi junior perploncoan dimulai. Kumpul berseragam esempe, di lingkungan esema, tentunya menjadi beda banget. Makanan empuk untuk disantap para senior, walau toh konon mereka ini adalah kumpulan bocah – bocah lulusan esempe paling pinter se-bumi Arema. Apalah arti kepinteran dibanding senioritas ? Yang wedok-wedok dibikin nangis, nangis sambil berkostum esempe. Culun banget kan ? Alangkah hebatnya senior – senior itu. Padahal tau ga ? Para senior itu, mereka yang berlagak galak itu, aslinya naksir kepada para bocah berseragam esempe. Kalo nggak percaya, mereka yang tahun kemudian menjadi senior, pasti tidak bisa mengkhianati kata hatinya. Untungnya saya ga pernah jadi senior per-plonco-an.

Lantas tibalah hari itu, hari dimana bocah baru yang diplonco para senior itu tadi, diperbolehkan mengenakan seragam esema. Salah satu seragam esema yang menjadi favorit bagi bocah lanang adalah kemeja lengan panjang. Kenapa lengan panjang ? Jangan lupa, era tahun segitu masih jamannya majalah Hai dan tokoh Lupus. Kemeja panjang lengannya digulung nggelembung, kemudian dipadu celana abu-abu model baggy. Mengenakan kostum seperti itu, arek lanang – lanang iku wis kroso dadi wong paling nggantheng sak-dunia. Kemlinthi-ne gak ketulungan wis.

Trus, bagaimana yang wedok ? Style paling kemlinthi tetapi populer adalah mengenakan blus lebar, gombrong lengan pendek, trus lengannya di-linthing koyok tebu. Bahannya biasanya bukan kain seragam putih biasa, melainkan yang semi transparan gitu. Lha bayangkan, transparan, trus lengan pendeknya lebar dan digulung. Nek tangan-e diangkat ketok apane coba ?


Antara Kelas dan Kantin

Masa 'perkuliahan' di kampus Bhawikarsu dimulai. Ada enam kelas, masing – masing seingat saya nyaris terisi 50 siswa. Kelas tanpa AC, kelas tanpa duka. Sori, kita semua generasi lulusan TK Ceria, jadi nggak pernah berduka. Segalak apapun guru yang mengajar di muka kelas, kita bisa menikmati dengan enjoy. Kelas satu, --tahun pertama— murid – muridnya suka cita 100 persen. Sementara guru – gurunya sepertinya tidak. Ha… ha… ha…

Kondisi kota Malang yang masih sejuk, tentunya tidak menuntut adanya AC. Bahkan kantin yang kecil sumpek dijubeli puluhan siswa aja biasa dinikmati dengan baik dan nyaman. Apalagi bisa makan tanpa bayar, lebih nikmat lagi tentunya, kelak hukuman di neraka menanti.
Integrasi yang baik antara kantin dan kelas adalah adanya pelajaran tata boga. Jangan salah ! Ini bukan pelajaran khusus bagi siswa wedok. Yang lanang-pun ikutan, dan kita semua gembira ria mengikuti kegiatan pelajaran memasak dengan mengenakan celemek, mirip badut brengosen.

Bicara tentang pelajaran, tidak bisa dipungkiri lagi nahwa pelajaran favorit ternyata ada dua. Yakni pelajaran (apapun) yang diberikan oleh guru praktek,… dan satunya lagi adalah pelajaran olah raga. Pelajaran guru praktek enaknya diajar oleh guru praktek yang bisa dikerjain karena bisa membuat seisi kelas terpingkal – pingkal. Sementara pelajaran olahraga enaknya sore hari menjelang pulang, karena bisa dilanjut sampe maghrib ( kebetulan siswa kelas satu itu masuk siang ). Gak enaknya kalo sore sering hujan, jadinya pelajaran olah raga teori, disuruh ngapalin ukuran lapangan bulu tangkis, disuruh ngapalin jumlah pemain sepak bola…. Lha doa sholat aja belum pada hafal kok ngapalin pemain bola ?

Pengurus OSIS

Tahun kedua, setelah melewati putaran Festival Seni dan Pergelaran Seni, maka saatnya arek – arek angkatan masuk 87 untuk menguasai organisasi paling keren sedunia, yakni OSIS SMAN 3 Malang. Organisasi paling keren, pengurus paling elit, komandan-nya paling gendeng. Itu syarat mutlak, gak gendeng yo gak iso dadi ketua OSIS. Tahun itu, ruang OSIS berada di lantai dua ujung di atas UKS, selemparan kampes dari tempat Kang Sobar berjualan bakso. Kalo gak tau lokasi Sobar mangkal, gak usah ngaku jadi arek Bhawikarsu90.

Kegiatannya juga gendeng, mulai dari sunatan massal hingga konser musik dunia. Ini gak bohong. Sunatan massal maksudnya untuk kegiatan amal – sosial. Itu tujuan mulianya. Tujuan terselubungnya adalah memfasilitasi temen – temen yang belum sunat, sehingga gak perlu malu dan gak perlu berangkat sendiri ke mantri supit.
Sementara ihwal konser musik dunia, menyelenggarakan pentas open-air mendatangkan musisi dunia Bubi Chen. Tentunya sunatan dan konser musik ini tidak bersamaan penyelenggaraannya. Masa iya habis sunatan trus ikut nonton konser sambil melambaikan pethat ?

Selain kegiatan reguler seperti HUT Smanti, Sepeda Hias, Festival Seni dan Pergelaran Seni Citra Smanti, pengurus OSIS saat itu juga mampu membuat jurnalisme siswa bangkit dari kubur. Konon, jaman dulu sudah ada majalah siswa, entah kenapa kemudian vakum beberapa tahun, mungkin karena sesajennya salah. Disajeni endog asin. Sementara ekstra kurikuler jurnalisme hanya berkutat menggarap majalah dinding. Dan, pada era OSIS tahun 1988 re-born majalah siswa dengan brand "Bhawikarsu News". Catet, ya… ini amal kebajikan tiada tara.

Ada yang perlu saya catatkan disini, pada penyelenggaraan PSCS tahun ini, ada beberapa improvement radikal, salah satunya adalah konsep dekorasi panggung yang biasanya menggunakan platform semi permanen (kain, backdrop,tripleks dll), kala itu diubah dengan menggunakan platform rigid, alias menggunakan tripleks yang dipermak menyerupai dinding tembok. Kemudian juga makin maraknya tarian kontemporer kolosal.
Itu kegiatan resmi dari sekolahan. Kegiatan tidak resmi ya ABC, Awan-Bengi-Cangkruk (kata ustadz Wachid Gozali). Cangkruknya kebanyakan di Dempo (yang popular dengan es mocca dan cwimie) atau di Pulosari makan roti bakar atau soto dok. Kadangkala juga cangkruk di Payung-mBatu. Bagi mereka yang bermodal, malam – malam bisa cangkruk di diskotik di mall yang kebetulan tahun – tahun itu lagi marak – maraknya.

Sepanjang tahun kedua, alias kelas dua, nyaris kegiatan siswa terforsir untuk menunjukkan kehebatan SMA 3 Malang terutama dari sisi pencitraan. Jangan terburu negative thinking. Namanya-kan Pergelaran Seni CITRA Smanti. Ekspos ini berhasil mengangkat nama sekolah menjadi lebih bergengsi dan glamor. Ha… ha… ha… Pada tahun ini semua sivitas bergembira ria, semuuuaaaa…. Kecuali para guru praktek. Guru praktek adalah para calon guru yang menimba ilmu dengan mencoba belajar ngajar –praktek kerja gitu— di depan para siswa sesungguhnya. Tapi, mara-bencana bila guru praktek itu belajar ke sekolah kita ini. Guru praktek yang masuk di kelas dua, yang wedok dirayu-rayu, yang lanang dikibulin. Remek wis. Alangkah berdosanya kalian wahai siswa kelas dua !!!! Saat-nya taubatan nasuha.

Tahun Terakhir

Setelah berhura – hura dua tahun, memasuki kelas tiga, tiba saatnya untuk berhura – hura di tahun terakhir. Gendeng pokok-e wis. Melepaskan kepengurusan OSIS kepada adik kelas tidak menyurutkan hasrat untuk berbuat keonaran. Namun, sebagaimana perwira kehilangan jabatan, tidaklah berlaku. Sing gendeng yo pancet gendeng.
Untungnya, ketakutan terhadap taring macan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, cukup menggetarkan dengkul para jagoan – jagoan yang sok koboi ini. Pada semester terakhir, setelah sebelumnya lebih dua tahun meriah membicarakan Rush, Genesis, Queen, Arema, GodBless, Guruh Soekarnoputra, Elfa Secioria, Hai, Lupus, Gola Gong, Ardy Bernandus Wiranata, Susi Susanti, Video porno ( eh.. gak ding), Pacar Ketinggalan Kereta, Naga Bonar, Kejarlah Daku Kau Kutangkap, … topik itu makin surut dibicarakan,… beralih ke topik lembaga bimbingan belajar…. Dengan harapan dosa 5 semester bisa diampuni dan menjadi siswa pintar dengan mengikuti kursus atau bimbingan belajar selama 5 bulan.

Tahun terakhir juga mencatat adanya beberapa huru – hara ihwal hubungan pacaran beberapa siswa yang sudah dibina semenjak tahun sebelumnya. Problem-nya tak lain adalah karena setelah lulus mereka belum tentu satu kampus lagi. Tapi itu urusan pribadi, sedemikian pribadi sehingga setiap pribadi mengetahui huru – hara yang terjadi, alias menjadi rahasia bersama. Ha… ha.. ha…. Tapi lupakanlah itu. Karena hal itu selalu dibongkar – bongkar setiap reuni dilaksanakan, juga ketika reuni 25 tahun. Dasar e angkatan menclek.

Selepas tahun ketiga dimana angkatan 1990 lulus 200%, tidak ada lagi pembicaraan resmi di sekolah mengenai Bhawikarsu90, karena mereka sudah lulus, sudah tidak sekolah lagi di SMAN 3,… tentunya mereka kuliah sesuai pilihan dan nasib masing – masing. Yang nasibnya baik ya bisa kuliah di kampus yang bagus, .. yang nasibnya buruk ya harus tabah.
Semasa kuliah antara tahun 1990-1995, terjadi beberapa acara kumpul – kumpul baik formal maupun informal, … yang dibicarakan kebanyakan adalah kangen – kangenan, trus ngobrolin kampus masing – masing. Kejadian serupa juga muncul pada tahun 1995 – 2000, bedanya adalah saat itu yang dibicarakan adalah kelulusan kuliah, pekerjaan, banding – bandingan gaji, trus karir dan jabatan.
Tak luput pada kisaran tahun 2000 – 2010, selama periode sepuluh tahun yang dibicarakan bila kumpul – kumpul kebanyakan adalah seputar keluarga dan beranak - pinak. Ngobrol gayeng karena menjelang umur uzur. Beberapa mulai membicarakan pengajian. Tahun – tahun ini marak guyub dengan memanfaatkan komunitas siber berbasis komputer, yakni mailing list / group, media sosial, dan fasilitas sebangsanya. Alhamdulillah ruuuuame juga silaturahminya. Paska 2010, yang marak adalah guyub dengan memanfaatkan smartphone, seperti fasilitas grup BBM atau Whatsapp. Banyak obrolan komunitas arek – arek Bhawikarsu90 memanfaatkan fasilitas – fasilitas tersebut. Berbeda dengan periode – periode sebelumnya, untuk era 2010-an yang sering dibicarakan adalah kolesterol dan poligami. Dan bila sudah membicarakan poligami, atas desakan beberapa rekan, tulisan ini tidak boleh diperpanjang. Oke, usulan diterima. Bravo BHAWIKARSU90. [@harissolid]

--

No comments:

Post a Comment